Peserta yang hadir:
1. Om Rudy
2. Imam
3. Roman Niko
4. Disa Tanos
5. Tyoshuke
6. Chacha
7. Uni Dian
8. Rizky M. Fachran
9. Mitchele Damitch
10. Ade Bangor
11. Bapet (tenaga bantuan)
1. Om Rudy
2. Imam
3. Roman Niko
4. Disa Tanos
5. Tyoshuke
6. Chacha
7. Uni Dian
8. Rizky M. Fachran
9. Mitchele Damitch
10. Ade Bangor
11. Bapet (tenaga bantuan)
Setelah melakukan diskusi hangat di Warung Kopi Desa, Sabtu 13 April 2013 lalu, disepakati tim film fiksiminiBekasi a.l. :
- Skenario: Disa T.
- Storyline & story board: Uni Dian
- Art Director: Rizky M. Fachran
- Cameraman: Rigeladitya, Tyo, Roman Niko
- Editor: Rizky M.Fachran
- Produser: Imam
- Make up: Mitchele Damitch
- Tim artistik: Rizky, Om Rudy
- Wardrobe: Tyo
- Music & sound: Bapet, Chacha
- Sutradara: sibangor
Pemain:
- Rizky M Fachran
- Mitchelle Damitch
- Om Sigit / Rudy
- Disa
Lokasi:
- Kediaman Om Sigit (tentative)
- Semaksemak
- Taman
- Kota Bekasi
Pembagian tugas yang lebih detail akan dibahas setelah Disa menyelesaikan skenarionya sebelum tanggal 27 April.
Pertemuan berikutnya: Sabtu, 27 april. Jam dan tempat sana seperti kemarin.
Sekarang, mari kita berdoa semoga filmmini Bekasi segera terwujud... Amiin :)
Tabik
Mengambil cerita dari fm nya disa.
Ia senang duduk di tepi jendela. Memainkan gitarku, menyanyikan lagu-lagu tanpa pernah utuh. Lagu dengan bahasa yang tak kukenal. Semacam bahasa bangsa Skandinavia, barangkali. Ibu tak pernah menanyakan nama gadis yang sering mampir ke kamarku malam-malam. Ayah juga diam saja. Kurasa mereka lega aku tak lagi merutuki kepindahan kami ke kota ini.
Ia senang duduk di tepi jendela. Memainkan gitarku, menyanyikan lagu-lagu tanpa pernah utuh. Lagu dengan bahasa yang tak kukenal. Semacam bahasa bangsa Skandinavia, barangkali. Ibu tak pernah menanyakan nama gadis yang sering mampir ke kamarku malam-malam. Ayah juga diam saja. Kurasa mereka lega aku tak lagi merutuki kepindahan kami ke kota ini.
Hampir setiap malam ia akan melempari jendelaku dengan kerikil dan begitu aku membukanya, ia sudah duduk di dahan terdekat menungguku menjangkaukan tangan. Entahlah. Bersamanya seolah, detik, menit, jam dan hari kehilangan arti. Ia selalu punya cerita-cerita luar biasa. Tentang ayahnya yang seorang pelaut penjelajah samudera waktu, ibunya yang penyihir. Ia juga punya kakak yang bisa menjelma hewan apa saja, animorfis atau apalah katanya. Kakaknya yang lain pandai sekali meracik ramuan ajaib. Setiap malam ada saja cerita luar biasa keluar dari mulutnya. Aku menikmati kehadirannya dan imajinasinya yang mempesona.
“Sekali-kali ajaklah aku berkenalan dengan mereka.” selaku suatu malam, saat ia sedang menceritakan pengalaman kakaknya menjadi singa sirkus dan kakak perempuannya yang mengajaknya berburu tikus untuk diambil ekornya karena stok untuk ramuannya sudah hampir habis.
“Um.. Boleh aja sih.” jawabnya setelah meragu sejenak.
“Salahmu selalu menceritakan mereka dengan kiasan-kiasan ajaib. Bikin penasaran pengen kenal langsung dengan mereka. Biar kutebak, ayahmu bekerja di perusahaan pelayaran, lalu ibu dan kakak perempuanmu jago masak. Mereka bisnis katering pasti. Dan kakakmu, kakakmu yang laki-laki animorfis atau apalah itu, pasti ahli Zoologi. Bener ngga?” tebakku bersemangat.
Ia diam. Gantian ia tersenyum mendengar isi pikiranku. Semacam afirmasi bahwa tebakanku jitu. Jemarinya kembali memainkan chord yang tak kukenal.
“Kalau kamu? Keajaibanmu apa? Selain pandai memanjat pohon, bernyanyi dan bercerita tentunya. Kamu kayaknya ngga pernah cerita tentang dirimu.” aku penasaran ingin tahu ‘kiasan’nya untuk dirinya sendiri apa. Gadis ajaib yang imajinasinya tumpah-ruah. Imajinasi bisa mengubah gadis biasa-biasa saja menjadi cantik luar biasa.
“Aku…” suaranya mendadak pelan dan agak tercekat.
“Aku sebetulnya anak pungut.”
Entah kenapa kali ini aku percaya. Semua ceritanya jadi masuk akal. Cerita-cerita ajaibnya adalah mekanisme perlindungan diri terhadap kenyataan yang sebenarnya. Dan aku, yang tadinya bisa ia andalkan sebagai pendengar yang tak banyak protes malah memaksanya bercerita. Bego kok ngga kira-kira sih lo, Za.
“Loh kok. Malah diem. Aku bahagia kok diangkat anak oleh mereka.” ucapnya sumringah.
“Loh kok. Malah diem. Aku bahagia kok diangkat anak oleh mereka.” ucapnya sumringah.
Tiba-tiba, di kamarku bermunculan satu persatu. Seperti hologram. Pria paruh baya yang penampilannya bak Indiana Jones. Dua penyihir cantik yang mirip kakak-adik, dan seekor kucing Rusia berwarna abu-abu yang menggosokkan badannya pada sudut kasurku.
“Kenalin, ini keluargaku.”
Lalu semua mendadak gelap.
@Fiksimini RT @jemarimenari: ADOPSI. Aku senang keluarga ini yang menemukanku di semak-semak dulu. Mereka keren, bisa terbang menembus tembok.
***
Thanks @sibangor yang udah nyatet hasil meeting kemarin :D